Monopoli Idealisme Para Penulis


 

Akibat opini yang saya tulis berjudul Otak Penulis yang Diobral, kini musuh saya makin bertambah. Mungkin memang itu karena salah saya sendiri yang tak menulis penafian terlebih dahulu, bahwa dengan mengkritik sistem sebuah platform, bukan berarti saya anti-platform. Bayangkan kamu berbicara tentang sesuatu, mengkritik sesuatu, kemudian orang-orang yang mengaku pro-platform langsung menyimpulkanmu berdiri di garis skeptisisme. Dan kali ini, saya ingin menambah musuh lagi bila memungkinkan.

Lagi pula, saya tidak berniat menyudutkan platform mana pun. Kalau kamu adalah bagian dari pihak platform yang merasa tulisan saya bertujuan menjatuhkan reputasi atau bahkan menimbulkan opini negatif serta bernafsu mengajak para penulis menjadi anti-platform, silakan berdiskusi dengan saya.

Saya tidak buta dan tidak tuli. Saya bisa mendengar jeritan kekecewaan para penulis, pula bisa melihat kemarahan para penulis. Bukankah tanpa ada penulis, baik usaha platform membaca ataupun penerbitan dan percetakan tak akan berjalan? Yang usaha-usaha tersebut butuhkan adalah penulis, yang kemudian mengajak para pembacanya untuk berbondong-bondong memasang aplikasinya di perangkat mereka.

Masa iya, ketika kita merasakan ketidakadilan kita harus berdiam diri saja? Jangankan saya yang tidak punya reputasi apa pun di hadapan publik, orang-orang besar pun saling mengkritik untuk sebuah kemajuan, kemakmuran, perubahan atau inovasi, serta sebagai bentuk penyingkapan sebuah kebenaran. Padahal niat saya ini baik, yaitu mengkritik sistem platform agar lebih bijak lagi dalam membuat sebuah kebijakan. Masa iya, kebijakannya tidak bijak.

Loh, kebijakan yang dibuat itu jangan hanya dianggap bijak sendiri. Ajaklah para penulis berdiskusi, sosialisasikan perubahan-perubahan itu, diskusikan dengan pelan-pelan dan isi dengan niat bahwa tak ada yang bakal dirugikan dari sistem baru tersebut.

Sebelumnya saya sudah mengatakan bahwa persoalan bisnis memang hanya menguntungkan satu pihak saja. Akan tetapi, sesungguhnya bisnis yang saya maksud itu adalah bisnis dengan sistem setan. Kalau bisnis yang sungguh-sungguh bisnis, tentu saja para pihaknya tak akan memikirkan perut sendiri. Orang berdagang itu jangan mengharap dapat banyak keuntungan materil saja.

Kalau kebijakan sudah tak lagi dianggap bijak, perlu dipertanyakan keberlangsungan hidup sistem itu sendiri. Apakah bisa mati dan punah ke depannya? Atau justru lambat laun akan ditinggalkan sehingga hanya akan menjadi platform yang gagal memonopoli otak penulis. Dan pada akhirnya, mereka hanya akan dicap sebagai pihak-pihak yang zalim.

Tapi sekali lagi, menulis opini ini bukan berarti mengajak siapa pun membenci pihak mana pun. Kritik itu bukan kebencian, tetapi tak lebih dari sebuah ungkapan kasih sayang dan perhatian saya kepada pihak-pihak yang merasa sistemnya sudah begitu bobrok untuk dipertahankan.

Kalian memonopoli idealisme penulis, membuat jari-jari mereka gemetaran di atas mesin tik, membuat mereka mengikat kepala menahan rasa sakit memikirkan ide-ide tulisan, serta kemudian kalian jatuhkan mereka ke jurang kekecewaan yang dalam. Kalian berantas para calon penulis sampai jera. Padahal kemungkinan besar mereka adalan calon penulis yang berguna bagi perubahan-perubahan. Tak hanya itu, kalian bahkan memonopoli, memenjarakan, serta mencambuk idealisme penulis sehingga kalian isi dengan dogma-dogma hanya untuk menjaring materialisme.

Adalah perlu satu pertanyaan yang harus kita tanyakan:

Benarkah kalian manusia sehingga bisa melihat, mendengar, bahkan merasakan setitik keringat yang jatuh dari usaha-usaha mereka?[]

Marion D'rossi

Marion D’rossi, lahir pada 1 Januari 1995, adalah seorang penulis yang sejak kecil memiliki kecintaan mendalam terhadap dunia sastra. Ia telah menelurkan karya-karya dalam berbagai genre, mulai dari drama hingga petualangan, tetapi genre favoritnya adalah Thriller dan Fantasi, yang memungkinkan imajinasinya berkembang tanpa batas. Marion percaya bahwa setiap cerita memiliki kekuatan untuk menginspirasi, menghibur, dan membawa pembaca ke dunia yang penuh kejutan. Selain menulis, Marion juga berperan sebagai Manajer IT di MS Stories, sebuah platform modern yang menghubungkan penulis dan pembaca melalui novel digital. Di tengah kesibukannya, ia tetap menyempatkan waktu untuk mengasah keterampilan menulis, berinteraksi dengan komunitas sastra, dan membangun dunia imajinatif yang memikat. Bagi Marion, menulis bukan hanya profesi, tetapi juga cara untuk meninggalkan jejak dalam perjalanan hidup.

Posting Komentar

Bijaklah dalam berkomentar. Gunakan kata-kata yang sopan karena kita adalah bangsa yang beradab.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak