PUISI
Karya: Momoy
Diksi, betapa hanya kau yang mengerti saat ini bagaimana perasaanku.
Puisi, kau satu-satunya yang membuat raga menumpahkan emosi yang terlanjur terpahat di hati.
Diksi kau puisi. Tiada lagi harap pada manusia. Tiada lagi keluh pada sepasang telinga.
Kala tangis tumpah pada secarik kertas, kau satu-satunya yang mengemban luka pada diri.
Kaulah yang kusebut sebagai jiwa.
Kaulah aksara yang mampu meredakan pilu yang kian kali mencoba tersedu.
Kata, kau tahu apa yang kurasa. Maka, cobalah untuk memberi semangat pada jiwa.
Di saat semua mengacuhkan, memenjara hati pada kekecewaan yang terlunta-lunta tak kenal arah, kau laksana oasis yang mereda mata tertikam peluh.
Kau bunyi. Kau nada. Kau ritme dan melodi yang berkuasa atas segala daya. Tanpa pamrih kau bersedia melepas penat pada diri yang ditinggal sekelebat harap.
Tiada tanding, tiada banding, kau samudera penenang bagi relung tersiram garam.
Puisi, peluk mesra diksiku. Cium mesra segala lemah yang bergumul dalam pilu.