Judul: Lelakimu adalah ...
Penulis: Momoy"Mas, jangan pergi!" ujarmu seraya meraih tangan lelaki bernama Yoga yang merupakan pujaan hatimu. Kau menggeleng cepat dan memperlihatkan sendu padanya.
Yoga berbalik badan dan tersenyum hangat padamu. Ia sedikit menunduk, kemudian mengusap-usap ujung kepalamu dengan penuh kasih. "Aku akan segera kembali setelah menemukan pekerjaan di kota. Setelah itu akan kupinang dirimu, Mira."
"Tapi, Mas Yoga--"
"Tidak perlu khawatir, Sayangku. Aku akan menepati janji padamu. Bukankah aku selalu jujur tentang segala hal padamu?"
Yoga mengangguk sekali, senyum lebarnya masih terpampang rapi pada wajah bulatnya. Dan kau, tentu saja kau begitu mencemaskan kekasih sehidup sematimu itu. Kau berangan-angan menikah, lalu punya anak dengan Yoga.
Namun, sayang Yoga hanya seorang petani yang kini tak punya apa-apa untuk diberikan padamu. Cintanya begitu tulus.
Kau beranjak berdiri, melihat langkah demi langkah yang diayunkan Yoga hingga menghilang dari tatapmu. Kau meneteskan air mata setelahnya. Berlari pulang. Kau bahkan berkali-kali tersungkur di sawah Pak Tino dan diselimuti lumpur tebal. Kau tak terhentikan dan terus saja berlari. Menangis sejadinya.
---------
Setahun berlalu, setahun kau tak pernah bertemu apalagi mendengar kabar dari belahan jiwamu--Yoga. Pusaran waktu terus berjalan, dan kau lambat laun lupa pada hadirnya yang mungkin saat ini tengah mempertaruhkan segala hal demi menikahimu.
Sayang sungguh sayang, ketika cintamu terhalang jarak serta waktu, kau mendua. Kau jenuh, lantas menemukan sosok baru yang kau puja-puja adanya. Darwin namanya, sosok pria bertubuh besar, brewokan serta terlihat lebih maco dari Yoga. Tebal bulu-bulu yang tumbuh di tangannya. Kemudian yang paling kau suka darinya, ialah bulu lebat yang tumbuh pada dada bidangnya.
Oh, betapa kau ingin mengempaskan kepala dan memain-mainkan bulu-bulu yang menurutmu menggemaskan itu. Kau berubah, Mira. Kau telah berubah seratus delapan puluh koma lima derajat.
Sore itu kau diajak ke kota oleh Darwin dengan sepeda motor modifan kerennya yang tampak sangat pria. Motor itu sungguh kurang ajar, pantatmu naik ketika dibonceng layaknya mengejek orang di belakang.
Lipstik merah menyala tebal di bibirmu membuat dada Darwin menggebu-gebu tak tahan ingin mengecupmu. Lekukan tubuhmu dari dada hingga pinggang serta pantatmu menambah nafsu Darwin untuk merobek pakaianmu.
Entah, ke mana kau akan dibawa. Kau mulai curiga ketika lelakimu itu berbelok ke jalan yang tidak seharusnya. Jalan sepi, mentari pun enggan menyinari hingga tenggelam kini.
"Mas Darwin? Kita mau ke mana?" tanyamu cemas.
"Lewat sini lebih dekat, Dik," jawab Darwin.
Kau tak membalas dan mencoba percaya sepenuhnya pada si Darwin. Tidak lama, lelakimu menepikan kendaraan di sebuah jalan sepi tanpa seorang pun melintas.
"Mas, ada apa?" tanyamu yang langsung turun dari kendaraan mengikuti Darwin.
Kau tak pernah berpikir perihal ini sebelumnya, tetapi dialah lelakimu, Darwin yang kini meraih tubuhmu dan ia belenggu dirimu.
Kau dipeluknya dengan penuh nafsu. Lehermu dijilatinya dengan nafsu membara. "Mira. Aku sudah lama menginginkan tubuhmu," katanya dengan napas yang menderu tak sabar.
Percuma, kau berontak dan itu sia-sia. Alhasil, bajumu yang cukup ketat itu berhasil ia buat compang-camping. Kau diraba, dibelai dan dicium. Kau sadar lelakimu itu biadab. Lantas akhirnya dirimu mengingat Yoga yang entah di mana. Kau meminta tolong dalam angan. Namun, inilah karma untukmu sebab telah ingkar pada lelaki lamamu.
Darwin membalik tubuhmu, ia incar bagian intimmu yang seharusnya hanya untuk suamimu kelak. Tidak, tamatlah riwayatmu, Mira.
"Tolo--"
Hampir saja.
Darwin tiba-tiba lemah, darah bercucur deras dari kepalanya hingga mengaliri tubuhmu yang hampir saja diganyang habis. Sungguh beruntung kau, Mira. Lelakimu yang dulu, datang menyelamatkan.
Kau tatap Yoga, "Mas ...."
"Betulkan pakaianmu, Mira," ucap lelakimu yang dulu, menahan perihnya air mata yang ingin keluar dari netra. Ia enggan melihatmu. Kau sudah khianati cinta serta perjuangannya.
"Mas ...."
Tak ada yang bisa kau lakukan selain merengek sesal.
Tak ada hujan tak ada angin, sebuah mobil polisi datang. Lima aparat keluar dan membawa senjata masing-masing. Kau tak mengerti, kebingungan.
Kau beranjak setelah menyingkirkan Darwin yang telah mati itu dari tubuhmu.
"Jangan bergerak!" Kelima aparat mengarahkan senjata pada lelaki lamamu. Kau semakin bingung.
"Apa yang terjadi?!"
Tak membalas pertanyaanmu, Yoga mengangkat tangan. Ia diborgol kemudian.
"Anda kami tangkap karena telah banyak meresahkan warga di sekitar sini."
"Apa maksud semua ini, Mas?!" Kau meminta penjelasan, tetapi tak kau dapatkan.
Akhirnya, kau juga dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Kau tahu kini, bahwa lelakimu yang dulu adalah seorang perampok yang telah lama diincar polisi. Kau tak kuasa menahan duka hingga terkapar dalam nestapa.
--END--
Tentang Penulis
Imron Rosyadi yang bernama pena Momoy adalah seorang penulis sekaligus pemimpin redaksi di sebuah penerbit. Penulis yang terkenal dengan karya bukunya berjudul Paradoks Waktu ini mulai menulis di usia 15 tahun. Sampai saat ini, penulis sudah melahirkan 3 buku cetak dan beberapa ebook. Menulis karya dalam berbagai genre, termasuk fantasi dan horor, dan terutama romansa.Kritik dan saran ke penulis melalui akun media sosial:Ig: @momoy_official_