Subhanallah Cantiknya
By Puspa Kinanti
"SAYA BERJANJI AKAN BERUBAH JADI LEBIH BAIK. SETELAH PULANG DARI ACARA INI, YANG TIDAK MEMUTUSKAN PACARNYA, KITA SUMPAHIN MANDUL TUJUH TURUNAN. AMIN." Masih terngiang di benak Dimas bagaimana ribuan siswa mengikuti ucapan pria berjas biru yang berdiri di depan ruangan dengan menggebu dan penuh semangat minggu lalu.
Mantul! Mantap betul apa yang motivator sampaikan di acara seminar bertajuk 'Pemuda Membangun Bangsa' dalam rangka Hari Sumpah Pemuda yang dihadiri ribuan siswa-siswi SMA sederajat satu kabupaten. Rasanya semangat yang beliau tularkan masih melekat kuat sampai hari ini. Memang tidak seharusnya anak SMA sibuk pacaran daripada belajar, terlebih di usia labil yang mudah terjerumus kepada hal negatif.
Cara beliau menyampaikan materi, langsung sampai ke hati dan diterima pendengar. Dimas salah satunya, semenjak pulang dari seminar dia berubah jadi sosok yang religius bahkan makin pede dan bangga jadi jomblo. Hampir tiap hari dia posting status di beranda Facebook dan What'sApp tentang hal-hal islami dan motivasi. Haramnya pacaran pun tak luput dia bahas.
"Sholat woy! Inget ya kita bisa mati setiap saat, lo mau mati dalam keadaan kafir? Pada sholat sana!" Rambutnya masih basah sisa air wudhu. Dimas masuk kelas sambil uring-uringan karena banyak anak yang masih ngerumpi ria padahal jam istirahat hanya tinggal lima menit. Eeh malah ada yang berduaan di pojok belakang.
"Berisik amat lo Dim, gue lagi dapet!" bela salah seorang dari mereka.
"Lagian ibadah itu buat diri sendiri Dim, ga perlu lo umbar-umbar." Yang lain ikut menimpali.
"Masa bodo, gue udah ingetin malah sewot." Duduk di bangku, Dimas meraih gawainya membuka aplikasi berlambang huruf F warna biru. Diketiknya abjad-abjad dari layar benda pipih itu menjadi serangkaian kalimat. Dia baca kembali dari awal sebelum akhirnya tombol kirim ditekan.
Sesaat kemudian postingan 'Ketika itikad baikmu tidak dihargai, serahkan saja pada Allah Yang Maha Adil. Bersabarlah dengan cara perbanyak istighfar atas semua cemooh. Astaghfirullah.' ramai dikomentari teman-teman maya Dimas yang dia kenal dari Grup Islami.
'Yang sabar ya Akhi.'
'Iya Akhi, banyakin istighfar. Barakallah.'
Seperti itulah kira-kira komentarnya. Dimas balas satu per satu dengan ucapan amin atau terima kasih. Sampai matanya tertarik pada sebuah akun bernama Syifa yang ikut berkomentar.
Foto profilnya adalah perempuan bermata bulat warna maniknya coklat, dengan bulu mata lentik yang jauh lebih tebal dari dompet anak kos. Hidungnya khas timur tengah, dengan bibir tipis merah muda pucat. Duduk di ruangan--yang Dimas asumsikan perpustakaan--dan tersenyum manis ke arah kamera. Terserah bagaimana caramu membayangkan cantiknya foto di profil Syifa itu, atau lihat saja foto profil yang nulis cerita ini kalau masih susah membayangkan. Halah.
Ibu jari Dimas sibuk mengusap layar gawainya, memperhatikan setiap postingan dan foto dari akun Syifa yang berhasil menarik perhatiannya.
"Subhanallah cantiknya." Demikian batinnya berkata.
Menimbang sejenak sampai akhirnya Dimas memilih mengirimkan pesan sapaan assalamualaikum kepada pemilik akun sebelum guru sejarahnya masuk ke kelas. Selama jam pelajaran Dimas hanya harap-harap cemas tentang balasan pesan akun Syifa tersebut.
Gusar. Berkali-kali Dimas mengecek benda pipih kesayangannya untuk memastikan adakah pesan masuk dari seseorang yang ia tunggu sejak siang.Tapi tidak ada tanda lampu hijau yang muncul dari akunnya.
Bahkan sampai malam usai belajar, Syifa tak kunjung juga online. Padahal enggak kenal, tapi kok rindu, Dim?
Gatel rasanya jempol Dimas buat ngirim pesan ke akun Syifa. Ditulisnya kembali 'Assalamualaikum Ukhti mau nambah saudara. Ukhti dari mana kalau boleh tahu?' Tapi si empunya tak muncul juga.
"Stalk aja deh, boom like sekalian," putusnya.
Dimas telurusi akun Syifa untuk mengorek informasi tentang pemiliknya. Tak lupa jejak berupa like atau komentar di postingan tertentu dia tinggalkan. Semakin jauh Dimas mencari semakin asik dan tertarik dia pada Syifa.
"Cantik kelihatan dewasa pula. Ayo dong bales, Syifa."
Dilihatnya kembali beberapa foto Syifa yang diunggah. Tidak banyak, berarti dia bukan tipikal cewek narsis seperti pada umumnya.
Berkali-kali Dimas sudah mengucapkan tasbih memuji foto tersebut. Sampai matanya menangkap lampu hijau akun tersebut menyala, sesaat kemudian ada tanda titik tiga yang berarti dia tengah mengetik pesan. Senang bukan kepalang melihatnya, Dimas tidak sabar menunggu apa yang Syifa tuliskan.
"Kok lama? Pasti banyak nih pesannya." Dimas kembali melihat ke album foto akun Syifa, kali ini sebuah album berjudul 2015 dia pilih. Matanya melotot seketika melihat isi album tersebut, semuanya berisi foto-foto pernikahan yang mana Syifa adalah mempelai wanitanya. Di saat yang sama sebuah pesan masuk bertuliskan 'Waalaikumsalam, Akhi. Maaf ya, maklum emak-emak single parent mah sibuk ngurus rumah dan baby yang lagi bandel-bandelnya, hehe jadi jarang ada kesempatan pegang hp. Alhamdulillah nambah saudara, Saya dari Bangka Belitung kalau Akhi dari mana?'
Sontoloyo, ternyata janda!
Ngakak nggak, Cuy? :'v