Hay, brosis! Kali ini kita mau ngebahas soal "Mengangkat Kearifan Lokal Dalam Novel." Sebelumnya, kita harus tahu dulu apa itu "Kearifan Lokal," ya?
Jadi, "Kearifan Lokal" itu adalah bagian dari budaya suatu masyarakat yang nggak bisa dipisahkan dari bahasa mereka sendiri. Biasanya, kearifan lokal ini diturunin dari satu generasi ke generasi berikutnya lewat cerita-cerita yang disampaikan dari mulut ke mulut. Nah, kearifan lokal ini bisa ditemuin di cerita rakyat, peribahasa, lagu, dan permainan tradisional. Intinya, kearifan lokal ini adalah pengetahuan yang dikembangin sama masyarakat lokal berdasarkan pengalaman mereka sendiri dan diintegrasikan sama pemahaman mereka tentang budaya dan alam di tempat mereka tinggal.
Nah, buat gue yang mayoritas nulis novel dengan latar belakang lokal, ini jadi hal menarik banget. Dengan mengangkat kearifan lokal, gue bisa promosikan daerah-daerah di Indonesia yang jarang dieksplorasi, entah itu tempat yang indah, budayanya, atau adat istiadatnya.
Gue rasa ini juga penting banget, bro, dan bisa jadi sumber kebanggaan tersendiri buat penulis. Banyak banget penulis yang lebih milih bikin latar cerita di negara-negara barat. Nggak ada yang salah sih, ya, kalau memang ceritanya membutuhkan latar itu. Tapi, gue merasa kita juga bisa nambahin nuansa lokal ke dalam cerita kita tanpa ngeluarin konteks alur dan plot.
Ada banyak cara, lho, untuk masukin kearifan lokal dalam novel. Salah satunya lewat latar cerita itu sendiri. Tapi kalau nggak memungkinkan, bisa juga melalui karakter-karakter yang ada di dalam cerita.
Misalnya, walau tokoh kita orang yang keren, kaya raya, dan udah lama tinggal di luar negeri, kita bisa aja nambahin keunikan pada dia. Misalnya, dia suka banget makan Jengkol, makanan khas Betawi. Nggak ada yang aneh, kok, kalau kita bikin latar belakang dia punya orang tua yang Betawi dan lahir di sana.
Terus, ceritain sedikit tentang Jengkol juga nggak akan sia-sia, karena pasti ada hubungannya sama alur cerita dan latar belakang tokoh itu. Tapi ingat, jangan kebanyakan juga, ya.
Gue pernah nulis buku yang genrenya Sci-fi dan Fantasi, tapi nggak lupa masukin unsur kearifan lokal juga. Di buku itu, gue bikin latar ceritanya cuman di lingkup gue sendiri, terus gue modifikasi dengan teknik pembangunan dunia fantasi. Katanya, dari beberapa ulasan pembaca di Goodreads, novel itu berhasil jadi sarana promosi tentang kearifan lokal tempat gue tinggal, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Ingat, masukin unsur kearifan lokal dalam karya kita nggak bakal bikin novel itu jadi remeh, bro. Malah jadi senjata pamungkas buat bikin pembaca penasaran dan mau ngulik tentang kekayaan budaya di Indonesia kita. Jadi, mari kita lestarikan kearifan lokal dan bikin novel kita jadi lebih kaya dengan nuansa Indonesia yang memikat! Keep writing, brosis!