Puisi Sedih Berjudul Bandar Narkotik Karya Imron Rosyadi Momoy



BANDAR NARKOTIK
Oleh: Momoy


Bahkan saat hujan begini, kenangan yang kita kubur di pemakaman hati masing-masing acap kali bergentayangan. Mengoyak perasaan, seolah ingin memekik atas ketakutan yang tercipta. Kamu benar, aku terlalu egois dalam bersikap. Demi berjuang untukmu saja, aku lupa bahwa yang terpenting adalah memberikan waktu untukmu, lalu melepas rindu-rindu yang mengganjal.

Hanya karena satu tujuan, hati seolah mengabai pada hadirmu yang membutuhkan pendengar untuk melepas apa-apa yang kamu pendam. Siang dan malam, yang kupikirkan hanya uang dan cara untuk terbang ke tempat kamu berada. Sampai suatu ketika, kamu menuntut waktu yang telah kuubah dengan segala kesibukan mengejar materil.

"Aku butuh waktu," katamu.

"Aku sedang berjuang agar kita bisa bertemu," jawabku.

Sekian pekan berkutat dengan pekerjaan, kita perlahan-lahan terbiasa tanpa pernah saling menghubungi. Kamu menghilang, aku menerawang.

Pernah terpikir cara untuk kembali membiasakan diri tanpa hadirmu, tetapi semua sia-sia. Yang kubutuhkan adalah telingamu, kamu pun seperti itu. Lantas, kita kembali saling menghubungi. Bedanya yang dulu dengan sekarang, kita hanya diam sambil menatap layar ponsel.

Tak ada tawa-tawa itu. Tak ada senyum-senyum hangat yang pernah kuanggap sebagai penenang kala suasana hati porak-poranda. Kamu berpaling, aku menggeming.

"Bisakah kita kembali seperti dulu?" tanyaku.

"Mustahil dan nggak akan bisa," jawabmu.

Sejak saat itu, kita menjadi dua insan yang berbeda. Harapan berlebihan itu mengubah kita menjadi orang yang tidak saling peduli. Keinginan untuk bersama itu mengubah kita menjadi dua orang yang akhirnya memutuskan untuk berpisah.

Usaha-usaha yang pernah dilalui seolah sia-sia. Janji-janji yang pernah terucap dari mulut kita, palsu.

Dan sekarang, yang ada hanya rasa sakit ketika kenangan kembali teringat di kepala masing-masing. Bahkan meski kenangan itu indah, tidak dengan sekarang. Semuanya telah berubah menjadi rasa sakit yang memakan ulu hati. Berubah menjadi bom waktu yang siap meledak dalam bentuk tangis, teriris, meringis.

Tiap detik, yang selalu kunanti adalah statusmu di setiap sosial media. Seolah-olah sebagai obat penenang yang tak akan didapatkan di apotek mana pun.

Cintamu adalah narkotik, dan kamulah bandarnya.

Mataram, 12 Desember 2019


Marion D'rossi

Marion D’rossi, lahir pada 1 Januari 1995, adalah seorang penulis yang sejak kecil memiliki kecintaan mendalam terhadap dunia sastra. Ia telah menelurkan karya-karya dalam berbagai genre, mulai dari drama hingga petualangan, tetapi genre favoritnya adalah Thriller dan Fantasi, yang memungkinkan imajinasinya berkembang tanpa batas. Marion percaya bahwa setiap cerita memiliki kekuatan untuk menginspirasi, menghibur, dan membawa pembaca ke dunia yang penuh kejutan. Selain menulis, Marion juga berperan sebagai Manajer IT di MS Stories, sebuah platform modern yang menghubungkan penulis dan pembaca melalui novel digital. Di tengah kesibukannya, ia tetap menyempatkan waktu untuk mengasah keterampilan menulis, berinteraksi dengan komunitas sastra, dan membangun dunia imajinatif yang memikat. Bagi Marion, menulis bukan hanya profesi, tetapi juga cara untuk meninggalkan jejak dalam perjalanan hidup.

Posting Komentar

Bijaklah dalam berkomentar. Gunakan kata-kata yang sopan karena kita adalah bangsa yang beradab.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak